Selasa, 20 Maret 2012

Dampak Kenaikan BBM jumlah penduduk miskin akan melonjak

Dampak Kenaikan BBM jumlah penduduk miskin akan melonjak

Beban ekonomi, sebagai akibat dari kenaikan harga BBM, tentu akan sangat dirasakan oleh kelompok penduduk miskin (poor) dan hampir miskin (near poor). Pengalaman pada 2005 lalu menunjukkan, kebijakan menaikkan harga BBM yang memacu inflasi kian memperparah kondisi ekonomi kedua kelompok ini.
BPS mencatat, pada tahun 2006, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan kedua indeks ini merupakan indikasi kian memburuknya kondisi ekonomi penduduk miskin kala itu. Naiknya harga BBM sebanyak dua kali sepanjang 2005 (1 Maret dan 1 Oktober) rupanya telah memukul telak daya beli penduduk miskin kala itu. Walhasil, kondisi kemiskinan kian parah dan semakin dalam.
BPS juga mencatat, pada tahun 2006, jumlah penduduk miskin mengalami lonjakan sebesar 4,2 juta orang dibanding tahun 2005. Dan, mudah untuk diduga, mereka yang jatuh miskin itu adalah penduduk hampir miskin yang terkena dampak kenaikan harga BBM. Dengan pengeluaran per kapita per bulan sedikit di atas garis kemiskinan, penduduk hampir miskin tak mampu bertahan melawan gempuran inflasi yang telah menembus angka 17,11 persen pada tahun 2005. Walhasil, seperti halnya penduduk miskin, daya beli mereka jatuh, dan 4,2 juta orang di antaranya terseret ke jurang kemiskinan.
Memburuknya kondisi ekonomi penduduk miskin dan hampir miskin sepanjang tahun 2005-2006 diperkirakan bakal semakin parah jika pemerintah tidak memberikan kompensasi berupa santunan langsung tunai (SLT) sebesar Rp100.000,- kepada 19,1 juta rumah tangga pada tahun 2005.
Sayangnya, kompensasi hanya diberikan selama tiga bulan, padahal BBM naik sebanyak dua kali. Ditambah lagi dengan adanya kebocoran─salah sasaran─dalam penyaluran dana kompensasi di lapangan: banyak penduduk miskin yang justru tidak menerima dana kompensasi. Waktu yang singkat dan terjadinya kebocoran menjadikan jumlah penduduk miskin melonjak, serta kondisi kemiskinan kian parah dan dalam. Hal yang sama dikhawatirkan juga bakal terjadi tahun ini.

Dampak Kenaikan BBM jumlah penduduk miskin akan melonjak

Dampak Kenaikan BBM jumlah penduduk miskin akan melonjak

Beban ekonomi, sebagai akibat dari kenaikan harga BBM, tentu akan sangat dirasakan oleh kelompok penduduk miskin (poor) dan hampir miskin (near poor). Pengalaman pada 2005 lalu menunjukkan, kebijakan menaikkan harga BBM yang memacu inflasi kian memperparah kondisi ekonomi kedua kelompok ini.
BPS mencatat, pada tahun 2006, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan kedua indeks ini merupakan indikasi kian memburuknya kondisi ekonomi penduduk miskin kala itu. Naiknya harga BBM sebanyak dua kali sepanjang 2005 (1 Maret dan 1 Oktober) rupanya telah memukul telak daya beli penduduk miskin kala itu. Walhasil, kondisi kemiskinan kian parah dan semakin dalam.
BPS juga mencatat, pada tahun 2006, jumlah penduduk miskin mengalami lonjakan sebesar 4,2 juta orang dibanding tahun 2005. Dan, mudah untuk diduga, mereka yang jatuh miskin itu adalah penduduk hampir miskin yang terkena dampak kenaikan harga BBM. Dengan pengeluaran per kapita per bulan sedikit di atas garis kemiskinan, penduduk hampir miskin tak mampu bertahan melawan gempuran inflasi yang telah menembus angka 17,11 persen pada tahun 2005. Walhasil, seperti halnya penduduk miskin, daya beli mereka jatuh, dan 4,2 juta orang di antaranya terseret ke jurang kemiskinan.
Memburuknya kondisi ekonomi penduduk miskin dan hampir miskin sepanjang tahun 2005-2006 diperkirakan bakal semakin parah jika pemerintah tidak memberikan kompensasi berupa santunan langsung tunai (SLT) sebesar Rp100.000,- kepada 19,1 juta rumah tangga pada tahun 2005.
Sayangnya, kompensasi hanya diberikan selama tiga bulan, padahal BBM naik sebanyak dua kali. Ditambah lagi dengan adanya kebocoran─salah sasaran─dalam penyaluran dana kompensasi di lapangan: banyak penduduk miskin yang justru tidak menerima dana kompensasi. Waktu yang singkat dan terjadinya kebocoran menjadikan jumlah penduduk miskin melonjak, serta kondisi kemiskinan kian parah dan dalam. Hal yang sama dikhawatirkan juga bakal terjadi tahun ini.

Kenaikan Bahan Bakar Minyak

Bahan bakar minyak (BBM) akan dinaikkan mulai 1 April, 2012. Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi dari yang semula harganya 4500 Rupiah per liter menjadi 6000 Rupiah per liternya lantas menuai banyak protes dari banyak pihak. Kondisi masyarakat yang selama ini jauh dari nilai sejahtera bukannya sedikit tertolong dengan kinerja pemerintah malah semakin merasa terjepit dengan keputusan dinaikkannya harga BBM.

Warga dengan kadar ekonomi yang serba pas-pasan selama ini sudah sangat terbebani denganharga bahan bakar minyak yang mencapai 4500 Rupiah per liternya, sangat disayangkan bukannya ada penurunan harga yang terjadi justru kenaikan yang jauh dari kemampuan masyarakat. Kabar akan dinaikkannya harga BBM membuat masyarakat bawah merasa sangat cemas. Bagaimana tidak, untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka sehari-hari saja mereka sudah kedodoran apalagi ditambah dengan naiknya harga bahan bakar minyak.

Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi dengan alasan naiknya harga minyak dunia. Naiknya harga minyak dunia dijadikan sebagai alasan mengapa harga BBM bersubsidi dalam Negeri ikut dinaikkan. Jika dilihat dari satu sisi, mungkin keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM memang tepat. Tapi, seharusnya pemerintah juga memperhatikan kondisi masyarakat kecil. Mungkin pemerintah belum juga menyadari bahwaIndonesia ini adalah diantara Negara termiskin dengan puluhan juta rakyatnya yang tidak memiliki pekerjaan. Mestinya pemerintah lebih bersikap realistis dan prihatin terhadap kondisi warganya. Pemerintah harusnya bisa mengambil sikap yang lebih tepat dan mempertimbangkan banyak hal.

Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM terjadi dimana-mana. Mahasiswa yang merasa terpanggil untuk menyuarakan aspirasi dan hak-hak rakyat kecil terus berupaya melakukan aksi protes dinaikkannya harga BBM. Ternyata mahasiswa jauh lebih mengerti kondisi masyarakat daripada dewan perwakilan rakyat (DPR) yang seharusnya menjadi pengurus dan pensejahtera rakyat.

Kalimat Direct Indirect


Direct              : Linda said : “I buy my dictionary at the book shop”.
 Indirect           : Linda said that she bought her dictionary at the book shop.

Direct                  : I said : “Im will go to my grandmother house today”.
 Indirect              : He said that he will go to his grandmother house today.

Direct                  : Rere said : “I buy new car today”.
 Indirect              : Rere said that he bought his new car today.
Direct              : She said : “I’m doing my English homework”.
 Indirect           : She said that she was doing her English homework.

Direct              : John said : “I have finished doing my reports”.
Indirect           : John said that he had finished doing his reports.

Direct                  : Ria said: “I want to go to dance class today”
 Indirect              : Ria said that she want to go to dance class today.

Direct              : He said : “We have been living here for three years”.
 Indirect           : He said that they had been living there for three years.

Direct                  : He said : ”I was riding ferrari to depok today”.
 Indirect              : He said that he had been riding ferrari to depok today.

Direct              : Laila said : “We will leave for Singapore”.
 Indirect           : Laila said that they would leave for Singapore.

 Direct              : He said : “I was reading an English novels”.
 Indirect           : He said that he had been reading English novels.

contoh kalimat direct and indirect speech


DIRECT SPEECH

He said, “I go to school every day.”
He said, "I go to rere's house today."

He said, “I went to school every day.”
He said, "I went to campus every day."

He said, "I have gone to campus every day."
He said, “I have gone to school every day.”

He said, “I am going to school every day.”
He said, "I am going to campus every day."

He said, “I was going to school every day.”
He said, "I was going to campus every day." 

He said, “I will go to school every day.”
He said, "I will go to campus every day."

INDIRECT SPEECH

He said (that) he went to school every day.
He said (that) he went to campus every day.

He said (that) he had gone to school every day.
He said (that) he had gone to campus every day.

He said (that) he was going to school every day.
He said (that) he was going to school every day.

He said (that) he had been going to school every day,
He said (that) he had been going to school every day.

contoh kalimat direct and indirect speech


DIRECT SPEECH

He said, “I go to school every day.”
He said, "I go to rere's house today."

He said, “I went to school every day.”
He said, "I went to campus every day."

He said, "I have gone to campus every day."
He said, “I have gone to school every day.”

He said, “I am going to school every day.”
He said, "I am going to campus every day."

He said, “I was going to school every day.”
He said, "I was going to campus every day." 

He said, “I will go to school every day.”
He said, "I will go to campus every day."

INDIRECT SPEECH

He said (that) he went to school every day.
He said (that) he went to campus every day.

He said (that) he had gone to school every day.
He said (that) he had gone to campus every day.

He said (that) he was going to school every day.
He said (that) he was going to school every day.

He said (that) he had been going to school every day,
He said (that) he had been going to school every day.

contoh kalimat direct and indirect speech

DIRECT SPEECH

He said, “I go to school every day.”
He said, "I go to rere's house today."

He said, “I went to school every day.”
He said, "I went to campus every day."

He said, "I have gone to campus every day."
He said, “I have gone to school every day.”

He said, “I am going to school every day.”
He said, "I am going to campus every day."

He said, “I was going to school every day.”
He said, "I was going to campus every day." 

He said, “I will go to school every day.”
He said, "I will go to campus every day."

INDIRECT SPEECH

He said (that) he went to school every day.
He said (that) he went to campus every day.

He said (that) he had gone to school every day.
He said (that) he had gone to campus every day.

He said (that) he was going to school every day.
He said (that) he was going to school every day.

He said (that) he had been going to school every day,
He said (that) he had been going to school every day.